Tetesan
air dari langit yang datangnya tak pernah terduga, kadang dia datang
begitu lama sampai seseorang menangis membutuhkannya, namun tidak dengan
aku, terlalu banyak kenangan dan kesakitan yang tercipta karena hujan,
dan kini aku benci hujan.
Hari
ini langit menghitam terlihat di pekarangan sekolahku, hal yang biasa
karena sekarang sedang musim penghujan, tetesan benih airnya mulai turun
dari atas langit kejauhan sana. Semua yang berada di
luar kelas kini masuk ke dalam ruangan membuat kelaspun menjadi sempit
dan ramai karena suara anak-anak yang tak bisa diam, itulah kebiasaan
ketika belum ada guru pengajar masuk.
mata
pelajaran terakhir telah dimulai, walaupun pembelajaran agak terganggu
dengan curah hujan, namun bu guru tetap melanjutkan belajar sampai bel
pulang sekolah.
Musim
penghujan benar-benar menghambat aktivitasku, hujan tak berhenti sampai
pulang sekolah tiba, kini aku harus berjalan ke depan halte sekolah,
namun ketika kakiku baru melangkah keluar kelas tiba-tiba terlihat
Kevin, kakak kelasku berdiri di luar seperti sedang menunggu seseorang.
Dan dia menyapaku rupanya.
“Ness, mau ga pulang bareng kakak ?” sapa kevin dengan tiba-tiba
“Ness, mau ga pulang bareng kakak ?” sapa kevin dengan tiba-tiba
Perasaan
tak diduga saat itu, aku memang sedang dekat dengan Kevin, tapi selama
kedekatanku tak pernah ku berfikir dia akan seberani itu langsung
mengajakku pulang bersamanya.
“Tapi ka, sekarang hujan aku harus pulang sampai hujan berhenti.”
“Gapapa Ness, kakak bakal tunggu kamu sampe hujan berhenti biar bisa pulang bareng kamu.”
Beberapa kali aku menolak, namun Kevin tetap memaksa untuk menunggu.
akhirnya aku menunggu hujan berhenti bersama Kevin. Lama sekali sampai suasana sekolah sepi mungkin hanya kita berdua disitu.
akhirnya aku menunggu hujan berhenti bersama Kevin. Lama sekali sampai suasana sekolah sepi mungkin hanya kita berdua disitu.
Dikeadaan
suasana yang sepi, romantis dan hanya kita berdua duduk di depan kelas
dengan memandang hujan turun, tiba-tiba Kevin membalut tanganku dengan
tangannya lalu tatapan tajam keluar dari matanya menatapku dengan
keseriusan.
“Ness kakak sayang kamu, mau ga kamu jadi pacar kakak ?"
Tanpa berbasa-basi kevin menyatakan cinta padaku, aku sontak binTgung, kaget, dan tak pernah terfikirkan.
“Tapi kak, kita kan baru kenal.”
“Tapi
kakak sayang sama kamu, mungkin terlalu cepat apa yang kakak katakan,
jangan lihat seberapa lama waktu kita bertemu dan mengenal, lihatlah
ketulusan kakak.”
Melihat tatapan matanya terasa ada ketulusan, dan disitu aku benar-banar luluh dengan perkataannya.
“Baiklah, sebenarnya aku juga sayang sama kakak.”
“Jadi sekarang kita pacaran?”
Dengan malu-malu Nessa menjawab.
“Ya, kita pacaran.”
Tanpa
befikir panjang, Kevin langsung mencium kening Nessa dan memeluknya,
pelukan hangat pertama yang Nessa rasakan dari seorang kasih yang amat
ia sayang sekarang.
Perbincangan yang cukup lama dan tidak membosankan membuat hari semakin sore dan gelap tanpa hujan berhenti aku dan Kevin memutuskan untuk pulang.
masih terasa rintikan hujan yang tak henti motor kevin melaju kencang menuju arah rumahku, disaat perjalanan kevin menarik erat tanganku, membalutnya kelingkar pinggangnya, terasa sekali ada perasaan berbeda dihatiku. Getaran cinta yang terasa semakin yakin bahwa dia akan menjadi kekasih terindahku.
masih terasa rintikan hujan yang tak henti motor kevin melaju kencang menuju arah rumahku, disaat perjalanan kevin menarik erat tanganku, membalutnya kelingkar pinggangnya, terasa sekali ada perasaan berbeda dihatiku. Getaran cinta yang terasa semakin yakin bahwa dia akan menjadi kekasih terindahku.
Laju
Kecepatan motor yang kencang, membuat tanganku semakin erat memegang
lingkaran pinggang kekasihku, dan tanpa terasa seperti ada suara gesekan
ban dengan aspal yang sangat keras, membuat telinga terasa sakit untuk
mendengarnya, lontaran dan suara jeritan terdengar samar-samar lagi
semuanya terasa gelap dan hilang, namun rasa sakit di tubuh ini sangat
terasa.
· ****
Saat
mata masih terpejam mata rapat, namun pikiranku terasa hidup kembali,
membayangkan gesekan ban motor yang kencang lalu mengingatkanku pada
kevin, ingin aku teriak dan memanggil namanya namun susah dan sakit
sekali, pelahan ku membukakan mata dengan susah payah, ku lihat
disekelilingku terdapat Ayah dan Bunda yang menggemgam erat tanganku,
dan beberapa keluarga, teman dekat lainnya rupanya mereka sudah menanti
kesadaranku namun hanya satu yang tak terlihat Kevin, dimana dia ? aku
benar benar merindukannya ? ingin melihat wajahnya, semuanya tentang
dia?
Ayah dan Bundapun langsung menanyakan keadaanku.
“Bagaimana keadaanmu sayang.”
ku jawab dengan terpatah-patah
ku jawab dengan terpatah-patah
“Sakit, pusing. Dimana kevin bun ?”
namun Bunda diam saja, aku yakin mungkin Bunda belum mengenal Kevin karena kita baru jadian dan aku belum sempat mengenalkannya pada Bunda.
namun Bunda diam saja, aku yakin mungkin Bunda belum mengenal Kevin karena kita baru jadian dan aku belum sempat mengenalkannya pada Bunda.
Lalu Lala mendekat mengahampiriku, dia sahabat dekatku. Berkata sambil membelaiku penuh rasa kasihan.
“Ness, kamu yang sabar yah.”
“Ada apa si la, ayo critain apa yang terjadi ?” kepala ku mendadak pusing
“Kevin sudah tenang disana, kamu gausah khawatir.”
“Tenang dimana la, Kevin baik-baik saja kan ?”
“Kevin sudah tenang disana, kamu gausah khawatir.”
“Tenang dimana la, Kevin baik-baik saja kan ?”
Tiba-tiba Bunda juga ikut membelaiku, Lala dan bunda ikut mengeluarkan air matanya.
“Nessa, Kevin ga bisa selamat. Tapi Bunda bersyukur kamu masih bisa bertahan sayang.”
Perkataan
Bunda tadi serasa langsung menusuk paru-paruku, membuatku ingin
berhenti bernafas saja, otakku tak bisa berfikir jernih lagi. membuatku
ingin lari dan memeluk kevin. Pelahan-lahan semuanya kembali normal, dan
ku keluarkan air mata yang sejak tadi rasanya ku tahan.
* * *
Kini
ku lari dan ku lihat disana kevin sudah tak berdaya, tubuhnya memar dan
bekas darah yang masih memerah terlihat disekujur tubuhnya, namun dia
tetap kevinku yang aku sayang, dia tetap terindah untukku.
Ingin
ku menyalahkan diriku atas semua ini, rasanya benar-benar aku ingin
sekali menolak takdir ini, dibalik semua itu aku terfikirkan jalan aspal
yang licin dan gesekan ban yang kencang dan itu semua dibuat oleh
hujan. Dan hujan telah menjadi saksi cintaku dengan Kevin,
mengingatkanku pada semua tentang Kevin.
0 komentar:
Posting Komentar